Berkat Pelatihan Produktivitas, Usaha Lokal di Lombok Tengah Mulai Bergairah.
Kepala Dinas Nakertrans Prov. NTB I Gede Putu Aryadi, S.Sos, MH bersama Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Lombok Tengah, membuka Pelatihan Peningkatan Produktivitas Program Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Angkatan VIII tahun 2021, diikuti 50 orang pekerja UMKM lokal se Kabupaten Lombok Tengah, Senin (4/10/2021).
Pada kesempatan tersebut, dipamerkan juga berbagai produk usaha, hasil karya para pekerja UMKM Lombok Tengah yang kini mulai diminati konsumen dipasaran. Mulai dari produk kerajinan anyaman bambu/rotan yang sangat menarik, kemudian tenun dengan beragam motif dan warna, fashion dan beragam produk herbal hingga kuliner khas.
Misalnya Farach Rofica Rachman pemilik UD. Fica menuturkan bahwa dengan produk unggulannya berupa minuman herbal dari berbagai macam herbal. Farach mampu memperoleh omzet sebesar Rp. 5 juta/bulan dengan rata-rata pesanan sebanyak 50-70 bungkus perhari.
Sayangnya setelah pandemi mewabah omzetnya turun sampai 50% menjadi Rp. 2,5 juta – 3 juta/bulannya. “Untungnya pemerintah tanggap dan perhatian terhadap kita para pelaku UMKM. Kami diberi fasilitas dan pelatihan untuk kembali meningkatkan UMKM kami,” ujar Farach.
Farach juga menceritakan bahwa produknya sudah ditawari untuk masuk ke Pusat Perbelanjaan Epicentrum, homestay dan restaurant-restaurant di Mandalika dengan persyaratan packaging dari botol plastik menjadi botol kaca.
“Sementara untuk memesan botol kaca sendiri membutuhkan biaya pengeluaran yang tidak sedikit. Belum lagi kami terkendala di peralatan yang tidak murah,” tambahnya. Farach berharap pemerintah dapat memberikan bantuan dan terus memperhatikan penggiat UMKM agar dapat terus berkembang.
Sementara itu, Sudiarti Yuliana selaku pemilik UD. Cempaka Bersatu mengungkapkan bahwa produk unggulannya yang berupa hasil olahan pala seperti Dodol Pala, Manisan Pala, Sirup Pala, Kopi Pala, dan Serbat sangat digemari oleh wisatawan asing.
Meski tergolong baru memulai usahanya, Yuli mampu menjual 100 bungkus perminggunya dengan keuntungan Rp. 1 juta/minggu. “Saat ini produk kami selain dititipkan di toko oleh-oleh juga mendapatkan permintaan reseller dari berbagai daerah terutama Jakarta.” ujarnya.
Berbeda dengan Yuliana yang bergerak dibidang usaha dodol, UD. Warung Semayan yang dimiliki oleh Tina Risdiana memulai usaha budidaya jamur sejak tahun 2012. Usaha budidaya jamur yang dimiliki Tina berkembang dengan pesat sehingga bisa menjual jamur sekitar 15 kg/hari. Sejak tahun 2017, Tina mulai membuat produk olahan jamur, seperti sate jamur, stik jamur tiram dan jamur krispy.
“Sejak pandemi tahun 2020 kami mengalami penurunan omzet, jadi hanya menjual paling banyak 8 kg/hari. Alhamdulillah, tahun 2021 penjualan jamur perlahan-lahan meningkat menjadi 10 kg/hari,” ujar Tina.
Nurhayati selaku pemilik UD. Cahaya dengan produk unggulannya berupa olahan sambel dan bakso sumsum mengungkapkan bahwa ia mampu meraup omzet sebesar Rp. 50 juta/bulan sebelum pandemi.
Namun, setelah pandemi omzet yang diperoleh hanya Rp. 17 juta/bulan. Meski begitu Nurhayati bersyukur bahwa produknya tetap mendapatkan permintaan dari luar daerah seperti Sumbawa, Yogyakarta dan daerah lainnya. Lebih lanjut, Nurhayati berharap produknya dapat ikut serta memeriahkan event World Superbike di KEK Mandalika. (Tim_disnakertrans).