Disnakertrans dukung penguatan kapasitas mahasiswa UMMAT hadapi dunia kerja.

Disnakertrans Provinsi NTB terus berkomitmen dalam mendukung penguatan kapasitas generasi muda, khususnya mahasiswa, dalam menghadapi dunia kerja. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kepala Disnakertrans NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos., M.H., menjadi narasumber dalam Pembekalan Magang Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) yang digelar di Aula UMMAT, Rabu (5/2/2025).
Dalam pemaparannya, Aryadi menyoroti pentingnya mahasiswa memahami dinamika dunia kerja yang berbeda dengan dunia kampus. Jika di kampus mahasiswa bersaing secara individu untuk mendapatkan nilai terbaik, maka di dunia kerja kemampuan membangun kerja sama tim menjadi lebih utama.
“Dunia kerja menuntut kita untuk memiliki dua keterampilan utama, yaitu soft skills dan hard skills,” jelasnya.
Aryadi menjelaskan bahwa soft skills meliputi etika, disiplin, kemampuan komunikasi, serta public speaking agar ide dapat tersampaikan dengan jelas. Selain itu, kemampuan bekerja dalam tim dan membangun relasi kerja yang baik juga menjadi faktor utama dalam kesuksesan karier seseorang.
“Sedangkan hard skills mencakup penguasaan teknis sesuai bidang pekerjaan, kemampuan menggunakan teknologi yang relevan dengan industri, serta keterampilan problem-solving dalam menghadapi tantangan pekerjaan,” sambungnya.
Aryadi juga menekankan pentingnya kesiapan mental, keterampilan profesional, serta pemahaman tentang dinamika dunia kerja bagi mahasiswa yang akan terjun ke lingkungan magang. Menurutnya, program magang yang akan diikuti mahasiswa UMMAT bukan sekadar formalitas akademik, tetapi harus dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk belajar dan mengasah keterampilan di dunia kerja yang sesungguhnya.
“Jangan hanya datang ke kantor lalu duduk diam. Amati, pelajari, dan tanyakan bagaimana sistem kerja di sana. Manfaatkan kesempatan magang ini sebaik mungkin, karena ini adalah gerbang awal kalian memasuki dunia kerja,” imbaunya.
Ia berharap mahasiswa yang magang tidak hanya sekadar datang dan mengerjakan tugas administratif, tetapi juga proaktif dalam memahami sistem kerja, etika profesional, serta membangun relasi yang bermanfaat untuk karier mereka di masa depan.
“Banyak orang yang cerdas secara akademik, tetapi gagal dalam dunia kerja karena tidak memiliki disiplin, keterampilan komunikasi, dan kerja sama yang baik. Karena itu, saat magang, mahasiswa harus aktif, inisiatif, dan kreatif,” pesannya.
Bagi peserta magang, ia berpesan bahwa peluang kerja ada di dalam maupun di luar negeri dan tersebar di berbagai sektor jabatan atau kejuruan. Disnakertrans NTB sendiri memiliki program pemagangan dalam negeri yang telah berjalan selama lima tahun dan setiap tahun dievaluasi, baik dari pola rekrutmen, kurikulum, instruktur, maupun penempatan serta pemberdayaannya.
Untuk dapat mengambil peluang kerja di dalam negeri, mahasiswa harus memiliki kompetensi yang terampil. Sedangkan jika ingin mengambil peluang kerja di luar negeri, selain keterampilan teknis, penguasaan bahasa asing juga menjadi syarat utama.
“Dalam seleksi magang ke Jepang baru-baru ini, ada 288 peserta yang mendaftar. Yang lulus administrasi dan mengikuti seleksi sebanyak 192 peserta, tetapi hanya 80 peserta yang lolos karena kurangnya penguasaan bahasa. Ini menunjukkan bahwa upskilling dan reskilling sangat penting. Jangan hanya mengandalkan ijazah,” tegasnya.
Selain itu, kebutuhan tenaga kerja di dalam negeri juga masih tinggi, terutama di bidang mediasi hubungan industrial, pengawasan ketenagakerjaan, dan pengujian norma kerja. Namun, semua peluang ini tetap memerlukan kesiapan dan kompetensi yang memadai dari para lulusan.
“Jangan terpaku hanya pada sektor pemerintahan. Jika kalian memiliki keterampilan yang cukup, sektor swasta dan industri luar negeri juga memberikan peluang besar untuk berkembang,” pungkasnya.
Dalam sesi diskusi, salah satu mahasiswa, Ali Imran, mengungkapkan bahwa meskipun seseorang memiliki potensi menjadi administrator, konseptor, dan eksekutor, tanpa relasi dan komunikasi yang baik dengan orang lain, potensi yang dimiliki bisa jadi tidak berkembang secara maksimal. Karena itu, ia mempertanyakan bagaimana agar potensi tersebut dapat diterima dan berkembang di sebuah instansi.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Aryadi menegaskan bahwa selain memiliki keterampilan teknis (hard skills), pekerja juga harus memiliki keterampilan lunak (soft skills), terutama dalam berkomunikasi dan bekerja sama. Menurutnya, komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih kondusif.
“Orang pintar kalau tidak bisa berkomunikasi dengan baik, tidak akan punya pengaruh yang kuat di lingkungan kerja. Kita harus mampu membangun komunikasi yang menarik dan efektif,” ujar Aryadi.
Ia juga menambahkan bahwa kerja sama dalam tim adalah kunci keberhasilan di dunia kerja. Tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan sendirian. Semua membutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak.
Pertanyaan selanjutnya datang dari Siti Dina, yang menanyakan bagaimana cara menghadapi tantangan dan tekanan di dunia kerja.
Menjawab pertanyaan ini, Aryadi menjelaskan bahwa memang benar setiap pekerjaan memiliki tekanannya masing-masing. Ada yang menghadapi tekanan dari atasan, ada yang dari rekan kerja, bahkan ada yang berasal dari diri sendiri. Namun, tekanan ini bukan untuk dihindari, melainkan untuk dikelola.
“Kuncinya ada pada mental dan kesiapan menghadapi tantangan. Sering kali, generasi muda saat ini kurang terbiasa dengan tekanan karena lingkungan akademik yang berbeda dengan lingkungan profesional. Oleh karena itu, sejak dini kita harus melatih diri untuk menghadapi berbagai situasi sulit agar bisa berkembang dengan baik,” jelasnya.
“Tekanan di dunia kerja itu pasti ada, tetapi kita harus bisa menyesuaikan diri. Jangan mudah menyerah, belajar memahami karakter atasan dan rekan kerja, serta tetap fokus pada tugas yang diberikan,” tambahnya.
Di akhir diskusi, Aryadi mengingatkan bahwa bekerja bukan hanya soal mendapatkan gaji, tetapi juga tentang bagaimana seseorang bisa bertahan dan berkembang dalam lingkungan kerja. Ia mendorong para peserta untuk terus belajar, membangun relasi yang baik, serta menghadapi tantangan dengan sikap positif.
“Hidup ini adalah perjalanan, dan kita tidak hidup sendiri. Kita bekerja bukan hanya untuk makan, tetapi juga untuk berkembang dan memberikan manfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, kita harus terus belajar, beradaptasi, dan meningkatkan keterampilan agar tetap relevan di dunia kerja yang terus berkembang,” tutupnya.