Disnakertrans : Usaha akan produktif bila berbasis menejemen bisnis.

Geliat ekonomi pasca pandemi menuntut UMKM di NTB untuk terus meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, pemerintah melalui Disnakertrans bidang Pelatihan Produktivitas memberikan Pelatihan Peningkatan Produktivitas angkatan ke IV di Wisma Karina, Selong, Kab. Lombok Timur.
Kegiatan pelatihan ini berlangsung dari tanggal 1 Agustus hingga 5 Agustus 2022 dan diikuti oleh 25 orang peserta dari 10 perusahaan kategori UMKM di bidang kerajinan dan kuliner.
Kadisnakertrans Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos, M.H mengajak para pelaku UMKM untuk mulai mengamalkan ilmu yang diperolehnya selama mengikuti pelatihan yakni terus berinovasi meningkatkan kualitas produksinya diiringi dengan penerapan manejemen usaha yang baik.
“Usaha akan produktif bila dikelola dengan menejemen bisnis dan tidak dicampur dengan pembiayaan kebutuhan rumah tangga. Karena manajemen usaha dan manajemen rumah tangga sejatinya adalah hal yang jauh beda”, Ujar mantan Irbansus pada Inspektorat NTB itu saat menutup pelatihan produktivitas bagi pelaku UMKM di Wisama Karina di Pancor Lombok Timur, Jumat 5/8-2022.
Ia mengajak para pengusaha untuk mulai meninggalkan cara-cara tradisional menuju menejemen usaha produktif.
Menejemen usaha yang dimaksud, Pertama, tidak mencampuradukan urusan bisnis atau usaha dengan urusan pribadi atau kebutuhan rumah tangga.
“Modal usaha kadang-kadang digunakan untuk membeli kebutuhan dapur. Padahal harus dipisahkan, antara bisnis dan rumah tangga. Belum lagi keluarga ambil produk tidak dibayar. Walaupun keluarga tetap harus membayar agar modal tidak habis. Oleh karena itu, para pelaku UMKM harus belajar tentang manajemen usaha. Tanpa bekal ilmu manajemen usaha, maka perusahaan akan akan sulit bersaing,” paparnya.
Kedua, Packaging yaitu bagaimana produk itu disajikan dengan baik. Komposisi atau bahan baku produk daerah yang sehat dan khas merupakan daya tarik penting untuk suatu produk. Tetapi pengemasan produk yang kurang higienis dan kurang menarik akan menurunkan minat beli konsumen. Oleh karena itu, dalam kegiatan pelatihan ini juga akan diajarkan bagaimana cara branding dan mengembangkan usaha yang dikelola sehingga bisa bersaing bukan hanya di pasar lokal tapi sampai luar daerah NTB.
“Kalau produk kemasannya inges biasanya orang mau beli, apalagi jika didukung rasanya yang maiq. Orang bisa saja pertama kali membeli karena kemasannya, tetapi untuk membuatnya jadi pelanggan tetap, maka kualitas harus dijaga. Kualitas dan penampilan harus serasi. Tingkatkan lagi pengemasannya agar menarik pembeli,” imbaunya.
Ketiga adalah ramah lingkungan, salah satunya dengan melibatkan peranan lingkungan sekitar. Bangun relasi/jaringan pemasaran dengan membeli dagangan yang dijual tetangga walaupun dengan harga yang sedikit lebih mahal. Padahal dari sisi aspek sosial tetangga inilah yang melindungi kita.
“Lebih baik untung kecil, tetapi ada perputaran barang. Perputaran ini mempengaruhi keuntungan,” kata Gede.
Mengakhiri sambutannya, Gede tak lupa menghimbau kepada peserta pelatihan untuk mengingatkan jika ada keluarga yang ingin bekerja ke luar negeri agar mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Jangan mudah terburuk rayuan calo yang menjanjikan pekerjaan mudah dengan gaji yang tinggi. Tidak semua orang yang bermulut manis di lingkungan kita adalah orang baik hati. Saat ini ada 60 negara penempatan yang sudah menerima tenaga kerja asing, tetapi masyarakat harus hati-hati karena harus memperhatikan berapa job ordernya.
“Pastikan apakah perusahaan yang merekrut itu memiliki job order di negara tersebut. Cara memastikannya masyarakat bisa konfirmasi dengan bertanya ke BP2MI dan Disnakertrans setempat,” pungkasnya.