Pelatihan Manejemen Usaha bagi UMKM.
Disnakertrans: “Wisatawan butuh produk khas yang berkualitas”.

Lombok Tengah dengan destinasi super prioritas nasional di KEK Mandalika saat ini menjadi sorotan seluruh dunia. “Ini tentu membuka peluang sekaligus tantangan bagi kita semua. Hal terpenting yang harus kita persiapkan adalah terus berbenah dan menyiapkan tenaga kerja yang kompeten untuk dapat memberikan pelayanan maksimal kepada pengunjung yang datang di Lombok ini,” ucap Kadisnakertrans Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos, M.H dalam kegiatan pembukaan Pelatihan Peningkatan Produktivitas Program Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Angkatan III Tahun 2022, Senin (11/07/2022).
Kegiatan yang dilaksanakan di Berugak dese Kopang, Lombok Tengah ini diikuti oleh 25 peserta yang merupakan tenaga kerja yang bekerja di sektor industri. Dari 25 orang tersebut, 24 orang merupakan pelaku usaha atau UMKM di Kopang dan hanya satu orang yang merupakan karyawan.
Pelatihan ini merupakan suatu upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada para pelaku usaha di sektor industri, yang diharapkan melalui pelatihan ini para peserta mampu memahami dan menerapkan piranti alat dan teknik untuk meningkatkan produktivitas usaha masing-masing sehingga akan memperkuat daya saing yang berimbas pada peningkatan penyerapan tenaga kerja dan penurunan angka pengangguran.
Dengan pelatihan ini, kata Aryadi, para pelaku usaha dan pekerja sektor UMKM diberikan ilmu tentang manajemen usaha, sehingga mampu berinovasi untuk mengembangkan usaha yang dapat bersaing di pasaran. “Tanpa bekal ilmu manajemen usaha, maka perusahaan akan sulit bersaing, apalagi melahirkan wirausaha baru,” kata Aryadi.
Setelah pandemi usai, sektor industri pariwisata berangsur-angsur pulih dan berkembang. Perkembangan destinasi wisata ini akan menghadirkan beragam sektor industri turunan mengingat kebutuhan suplai yang diperlukan untuk pariwisata seperti industri kuliner juga cendramata. Produk-produk olahan sangat diperlukan. Wisatawan dalam negeri maupun luar negeri akan sangat tertarik untuk mencoba kuliner khas Lombok.
“Para wisatawan tidak hanya butuh produk yang khas dari daerah ini, tapi juga butuh kualitas. Jika selama ini produk olahan masih tanpa kemasan/branding, maka sudah saatnya produk daerah kita diberikan kemasan yang bagus agar lebih higienis dan menarik,” ucap Aryadi.
Komposisi atau bahan baku produk daerah yang sehat dan khas merupakan daya tarik penting untuk suatu produk. Tetapi pengemasan produk yang kurang higienis dan kurang menarik akan menurunkan minat beli konsumen. Karena itu dalam kegiatan pelatihan ini juga akan diajarkan bagaimana cara branding dan mengembangkan usaha yang dikelola sehingga bisa bersaing bukan hanya di pasar lokal tapi sampai luar daerah NTB.
“Contoh kemarin kopi kumbi dan produk olahan dari petani di Lombok Barat menjadi kebutuhan suplai di hotel-hotel sewaktu MotoGP di KEK Mandalika. Tentu membutuhkan usaha yang lebih jika ingin produk kita lebih dikenal dan maju” katanya.
Selain ada banyak pekerja di sektor industri daerah, masyarakat Desa Kopang – Rembiga, Lombok Tengah yang merupakan desa migran produktif (desmigratif) ini banyak menjadi pekerja Migran. Tetapi tidak selamanya seseorang itu akan bekerja sebagai PMI. Karena itu pemerintah mengarahkan dengan memberikan pelatihan usaha agar penghasilan PMI selama bekerja di luar negeri dapat dijadikan modal untuk membuka peluang usaha di daerahnya sendiri.
Lebih lanjut Aryadi mengingatkan jika ada keluarga peserta pelatihan yang ingin bekerja di luar negeri maka agar mendaftar sesuai prosedur. Jalur non-prosedural bukanlah cara tepat untuk bekerja ke luar negeri. Karena nanti akhirnya dapat menimbulkan masalah dan menyebabkan kecelakaan kerja seperti kasus-kasus sebelumnya.
Sebenarnya mudah menjadi PMI legal, jelas Aryadi. Asalkan punya skill dan perusahaan penyalur itu legal, maka masyarakat sudah bisa menjadi CPMI. Tinggal mengikuti proses secara prosedural saja.
“Pergi bekerja ke luar negeri niatnya mencari nafkah yang berkah untuk keluarga, jangan sampai hanya karena iming-iming dari calo yang menyesatkan, malah menjadi musibah untuk diri sendiri dan keluarga,” tutup Aryadi.
Sementara itu, Widianto, Kepala Desa Kopang Rembiga, Lombok Tengah, mengapresiasi dan memberikan ucapan terima kasih atas program pelatihan yang dilaksanakan pemerintah di daerahnya.
Widianto sendiri merupakan PMI Purna alumni pemagangan Jepang. Ia juga menyebutkan bahwa dari 25 peserta yang hadir, sebagian keluarganya adalah PMI.
“Desa Kopang Rembiga adalah satu desa desmigratif sejak tahun 2018-2019. Karena itu adanya kegiatan pelatihan ini tentu sangat bermanfaat bagi keluarga PMI yang ditinggalkan dan pekerja migran Indonesia Purna untuk meningkatkan produktivitas” ungkap Widianto.
Lebih lanjut Widianto menjelaskan bahwa perkembangan UMKM di Kopang sangat luar biasa. Kehadiran Pasar Jelojok yang telah direnovasi dan semakin maju menjadi pemicu setiap warga untuk memajukan usaha masing-masing.
“Kami berharap Pemerintah Provinsi terus memberikan perhatian untuk UMKM di Desa Kopang Rembiga, Lombok Tengah,” tutupnya