Pemanfaatan Teknologi Masih Rendah, Budidaya Kopi di NTB Terus Dikembangkan.
Peneliti dari BPTP Prov. NTB Dr. Yohannes Gelo Bulu menyampaikan pemanfaatan teknologi untuk produksi kopi di Nusa Tenggara Barat terbilang masih relatif rendah.
Misalnya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kopi, perlu diterapkan teknik sambung pucuk pohon kopi . Hasilnya akan lebih baik dibandingkan dengan membiarkan kopi tumbuh tinggi.
“Dengan memotong pucuk pohon kopi tersebut, maka dalam waktu 9 bulan sudah menghasilkan buah kopi yang lebih produktif dibandingkan membiarkannya menjulang tinggi,” ujarnya saat memberikan sambutan sekaligus materi pada Acara pembukaan Pelatihan Kewirausahaan PMI Purna dan Keluarganya di Aula Kantor Balai Tahura Nuraksa, Dusun Kumbi, Desa Pakuan, Kec. Narmada, Kab. Lombok Barat, Senin (25/10/2021).
Menurutnya, dalam pengolahan kopi diperlukan kerja kelompok. Kopi yang sudah tua diambil yang berwarna merah dan diambil satu-satu, jangan diserut. “Standar kopi untuk KEK Mandalika menggunakan kopi yang berwarna merah,” katanya.
Untuk ekspor sebaiknya menggunakan jasa pihak ketiga. Selama ini banyak yang kirim sendiri dengan biaya yang sangat mahal.
“Jangan ekspor lewat Bali, tapi langsung dari Lombok, agar ada pemasukan bagi daerah dan Kopi Lombok makin dikenal oleh negara lain,” himbau Yohannes.
Sementara ini yang menjadi komoditi ekspor dari Kab. Lombok Barat adalah vanili, kopi gula aren dan manggis dengan tujuan negara Thailand dan Korea Selatan, sedangkan coklat masih dalam proses. Oleh karena itu, tenaga eksportir akan membimbing wirausahawan agar mengolah barang dengan kualitas ekspor.
“Kopi dan coklat asal NTB tidak dikenal, karena data yang masuk pengiriman dari Bali. Jadi, kedepannya kirim langsung dari Lombok. Kalau bisa ada perusahan Lombok yang menjadi perusahaan eksportir agar tidak bergantung pada perusahaan ekportir dari Surabaya,” ujarnya.
Kepala Desa Pakuan Mardin Haris sangat mengapresiasi pemerintah yang melakukan pelatihan untuk warganya, di mana lokasinya jauh dari kota bahkan masuk ke wilayah hutan. Peserta pelatihan ini sebagian kecil dari PMI Purna yang ada di Desa Pakuan. Kebanyakan petani kopi disini mengelola dengan cara tradisional.
“Dengan pemanfaatan teknologi sambung pucuk dari BPTP akan memberikan tambahan ilmu bagi petani-petani kopi di daerah kami, agar lebih cepat berbuah dan tidak perlu memanen kopi dengan cara memanjat,” harapnya.
Ketua kelompok PMI Purna sekaligus menjabat sebagai Kepala Dusun Kumbi Saringgih menjelaskan sebanyak 230 KK warga Dusun Kumbi, hampir 70% pernah bekerja di luar negeri. “Bahkan saya pernah menjadi PMI tahun 2007-2008,” ujarnya.
Saringgih menyampaikan kelompoknya mengelola lahan kopi seluas 20 Hektar dan tahun 2019 melahirkan Kopi kumbi dengan diberikan bantuan dari pemerintah berupa 1 alat roasting dan 1 alat grinder.
“Mudahan kopi kumbi bisa menjadi brand kopi unggulan dari Kab. Lombok Barat sehingga bisa bersaing dengan kopi terkenal lainnya, seperti Kopi Rempek dari Kab. Lombok Utara,” harap Saringgih.
Saringgih juga menjelaskan saat ini sedang mengembangkan kampung wisata, seperti wisata religi, wisata budaya, wisata vegetarian dan wisata kopi.
“Wisata religi akan menampilkan sholawat dan mengaji 1 hari 30 juz, wisata budaya akan menghadirkan tokoh adat dan perwakilan pemuda yang bisa tembang sasak, wisata vegetarian menyajikan makanan hasil olahan sayur paku, kecicang dan empol, dan wisata kopi yang mengajak wisatawan menuju kebun kopi dan pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi,” jelas Saringgih. (Tim_disnakertrans).