Disnakertrans : Alumni magang diharapkan 100 persen terserap di DuDi.
Pemerintah Provinsi NTB melalui Disnakertrans Provinsi NTB, bekerja sama dengan asosiasi dunia usaha dan dunia industri yang tergabung dalam Forum Komunikasi Jejaring Pemagangan (FKJP) Provinsi NTB, melaksanakan penutupan Program Pemagangan Dalam Negeri Tahun 2024 di Hotel Lombok Plaza, Selasa (22/10/2024).
Pemagangan ini telah berlangsung selama 5 bulan, sejak tanggal 22 Mei hingga 22 Oktober 2024, dan diikuti oleh 211 peserta dari berbagai daerah di Provinsi NTB, dengan 41 perusahaan ikut berpartisipasi sebagai tempat pelaksanaan pemagangan.
Semua peserta dinyatakan berhasil menyelesaikan program pemagangan. Bahkan, 50% peserta telah diterima bekerja di berbagai industri, seperti Grand Legi, Puri Indah, CV. JB Retail, Alfamart, Kenza Hospital, Astra, Idoop Hotel, dan JNE. Sementara itu, sisanya masih menjalani proses rekrutmen lanjutan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos., M.H., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam program pemagangan ini. Harapannya, setelah pemagangan proses selanjutnya adalah seluruh alumni 100 persen direkrut menjadi pekerja oleh perusahaan.
“Program ini menjadi salah satu langkah konkret untuk menyiapkan tenaga kerja yang kompeten dan siap kerja, sesuai dengan kebutuhan industri,” ungkapnya.
Aryadi juga mendorong sektor swasta agar, selain memanfaatkan pemagangan dari pemerintah, perusahaan melaksanakan program pemagangan secara mandiri, sehingga lebih banyak angkatan kerja yang dapat terserap.
Ia menekankan pentingnya pemagangan sebagai solusi efektif dalam menjawab kebutuhan dunia kerja di tengah percepatan transformasi digital. Menurutnya, dalam beberapa sektor tertentu, rekrutmen langsung dari lembaga pelatihan ke perusahaan sering kali kurang efisien, karena masih ada kesenjangan antara keterampilan yang diperoleh dengan kebutuhan dunia industri.
“Pemagangan memungkinkan peserta mendapatkan pengalaman langsung di dunia kerja, sehingga calon pekerja dapat memastikan bahwa mereka memiliki kompetensi yang sesuai dengan jabatan yang tersedia di perusahaan. Ini juga memperkuat etos dan disiplin kerja, serta kemampuan beradaptasi dengan budaya dan ritme kerja di perusahaan,” jelas Aryadi.
Mantan Kadiskominfotik Provinsi NTB ini juga meminta perusahaan untuk berkomitmen dalam menyerap alumni pemagangan guna mengisi jabatan-jabatan yang tersedia. Ia menekankan bahwa meskipun peserta masih dalam status magang, hak-hak dasar seperti upah minimum dan perlindungan sosial harus tetap dijamin oleh perusahaan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, jumlah angkatan kerja di NTB mencapai 3,01 juta jiwa, dengan pertumbuhan angkatan kerja baru berkisar antara 163 hingga 200 ribu orang setiap tahunnya. Jika tidak ada upaya serius untuk menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja baru ini, risiko peningkatan pengangguran akan semakin besar.
“Kita semua, baik pemerintah, perusahaan, lembaga pendidikan, dan pelatihan, harus bekerja sama untuk menyiapkan tenaga kerja yang kompeten. Jika mereka tidak dapat tertampung di dalam daerah, kita harus menyiapkan mereka untuk bekerja di luar daerah, bahkan di luar negeri,” tegas Aryadi.
Ia juga menekankan pentingnya forum komunikasi antara perusahaan dan pencari kerja yang difasilitasi oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan, seperti job fair dan program pemagangan.
Aryadi juga mengungkapkan bahwa Disnakertrans Provinsi NTB saat ini sedang menyelenggarakan Pelatihan Daerah (Pelatda) bagi peserta magang Jepang.
Pelatda ini merupakan program kerja sama antara Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia dan IM Japan, yang digelar oleh Disnakertrans NTB serta DPD Ikapeksi NTB. Sebanyak 48 peserta sedang mengikuti pelatihan dasar sebagai persiapan pemagangan di Jepang.
“Agar dapat bersaing di dunia kerja, harus memiliki dua hal: pertama, kompetensi; dan kedua, etos kerja. Etos kerja mencakup disiplin, kemampuan kerja sama, etika kerja, dan moral. Meskipun memiliki keterampilan, jika tidak memiliki etos kerja, akan sulit bersaing di dunia kerja,” tambah Aryadi.
Ia menjelaskan kepada peserta magang bahwa peluang kerja tersebar di dalam maupun di luar negeri, di berbagai sektor jabatan atau kejuruan. Untuk dapat mengambil peluang kerja di dalam negeri, peserta harus memiliki kompetensi yang memadai, sedangkan untuk peluang di luar negeri, selain keterampilan, penguasaan bahasa asing juga menjadi keharusan.
Terakhir, Aryadi berharap para peserta magang dapat memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang mereka peroleh selama pemagangan untuk mengembangkan karier mereka di masa depan, baik sebagai pekerja maupun sebagai pengusaha.
“Gunakan pengalaman magang ini sebagai batu loncatan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Jika kalian memiliki jiwa wirausaha, manfaatkan ilmu yang kalian peroleh selama pemagangan untuk membuka usaha sendiri di masa depan,” pungkas Aryadi.
Ketua FKJP NTB, Naktika Sari Dewi, dalam laporannya menyampaikan bahwa keberhasilan program ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, baik dari kalangan industri maupun pemerintah daerah.
Sebanyak 41 perusahaan terlibat aktif dalam memberikan tempat dan fasilitas pelatihan bagi peserta. Mereka juga berperan penting dalam proses pengembangan keterampilan dan penilaian kompetensi peserta, sehingga peserta dapat langsung terjun ke lapangan dan merasakan pengalaman kerja nyata di dunia industri.
“Dari 211 peserta, 50% telah diterima bekerja di berbagai industri, sementara sisanya masih menjalani proses seleksi lanjutan. Harapannya, seluruh peserta pada akhirnya akan berhasil terserap dan memperoleh pekerjaan, sehingga target 100% penempatan kerja dapat tercapai,” jelas Naktika.
Naktika juga mengungkapkan bahwa peserta yang berhasil menyelesaikan program ini telah menerima sertifikat pelatihan dari perusahaan, yang menjadi modal penting bagi mereka untuk bersaing di dunia kerja. Sertifikat ini mencerminkan kemampuan dan pengalaman yang sesuai dengan standar industri.
“Kami berharap peserta mendapatkan pengalaman kerja yang dapat meningkatkan kesiapan mereka memasuki dunia kerja sesuai kebutuhan industri,” tutup Naktika.