Disnakertrans : Job fair akan terus digesa untuk mengatasi pengangguran
Dalam rangka meningkatkan kolaborasi antara lembaga pendidikan vokasi, pemerintah, dan dunia usaha serta untuk menekan angka pengangguran, terutama dari lulusan SMK dan SMA, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos, M.H., hadir membuka kegiatan Job Fair SMKN 3 Selong di SMKN 3 Selong, Lombok Timur, Rabu (09/10/2024).
Kegiatan Job Fair SMKN 3 Selong ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan dari dunia usaha, dunia industri, alumni SMKN 3 Selong, serta masyarakat umum. Kegiatan yang melibatkan 20 perusahaan dengan menyediakan 2.174 lowongan pekerjaan ini berlangsung selama dua hari, 9-10 Oktober 2024.
Dalam sambutan pembukaannya, Kadisnakertrans NTB mengapresiasi SMKN 3 Selong yang telah berperan aktif dalam menyelenggarakan Job Fair ini. Menurutnya, job fair akan terus digesa karena merupakan media penting untuk mempertemukan pencari kerja dengan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja. Sehingga pengangguran bisa diturunkan.
“Dengan adanya Job Fair, lulusan SMK tidak hanya menunggu pekerjaan datang, tetapi juga aktif mencari peluang dan berinteraksi langsung dengan perusahaan. Ini seperti proses pacaran, ada kecocokan yang harus ditemukan antara perusahaan dan pencari kerja. Job Fair ini menjadi wadah untuk itu,” tuturnya.
Aryadi menekankan kepada para pencaker (pencari kerja) pentingnya kesiapan mental dalam menghadapi proses seleksi yang dilakukan langsung oleh perusahaan selama acara berlangsung. Ia bercerita mengenai pengalamannya saat mengawasi seleksi untuk penempatan tenaga kerja ke Jepang yang diikuti oleh 200 peserta.
“Meskipun mereka sudah siap secara teknis, saat menghadapi penguji, banyak yang gugup hingga lupa semua yang telah dipelajari. Dari 200 peserta, hanya 93 yang lulus, dan itu setelah saya tekankan kepada penguji agar tidak terlalu keras,” ujarnya, memberikan ilustrasi betapa pentingnya kesiapan mental dalam menghadapi wawancara kerja.
Aryadi menyatakan bahwa Job Fair sekarang ini penting diadakan di SMK karena dari data, banyak pengangguran berasal dari lulusan SMA dan SMK. Oleh karena itu, pemerintah melakukan evaluasi terhadap sistem pendidikan vokasi di SMK dan pelatihan di BLK serta lembaga pelatihan kerja lainnya dengan merilis Perpres Nomor 68 Tahun 2022.
“Lahirnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68 Tahun 2022 ini mengatur seluruh pendidikan vokasi, termasuk SMK, lembaga kursus, dan pelatihan kerja, untuk berkolaborasi dengan dunia usaha dan industri. Salah satu medianya adalah Job Fair ini. Di sini, perusahaan hadir dengan informasi lowongan pekerjaan dan kompetensi yang dibutuhkan,” paparnya.
Sinergi antara lembaga pendidikan dan dunia usaha sangat penting, di mana perusahaan tidak hanya menyediakan lowongan pekerjaan, tetapi juga memberikan informasi mengenai kompetensi dan sertifikasi yang diperlukan oleh pencari kerja.
Pemda NTB juga telah membentuk Tim Koordinasi Daerah untuk revitalisasi pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi yang terus mendorong LPK/S, BLK, dan Lembaga Pendidikan Vokasi untuk berkolaborasi memperluas skill SDM dengan DuDi. Disnaker dalam hal ini berperan dalam membina dan menjalin kerja sama dengan Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMK maupun perguruan tinggi seperti di Unram, Universitas Islam Negeri (UIN), Sekolah Tinggi Kesehatan, dan lainnya.
“Besok, kami juga akan melaksanakan Job Fair di Universitas Mataram (Unram) dengan lebih dari 60 perusahaan yang berpartisipasi. Job Fair seperti ini membantu perguruan tinggi mendapatkan masukan dari dunia usaha sehingga bisa memperbaiki kurikulum mereka,” ungkap Aryadi.
Selain Perpres 68 Tahun 2022, ada juga Perpres 57 Tahun 2023 yang mewajibkan seluruh perusahaan untuk melaporkan kebutuhan tenaga kerja dan kompetensi yang diperlukan melalui sistem Wajib Lapor Ketenagakerjaan Online. Aryadi menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mengawasi dunia usaha, terutama terkait kewajiban perusahaan untuk memprioritaskan tenaga kerja lokal.
“Perusahaan yang beroperasi di Lombok Timur harus mempekerjakan tenaga kerja lokal, bukan mendatangkan tenaga dari luar daerah. Jangan sampai perusahaan di Lombok Timur malah merekrut pekerja dari luar daerah, sementara kita bisa menyiapkan tenaga kerja lokal yang kompeten,” tegasnya.
Di NTB, tercatat ada 18.056 perusahaan yang terdaftar di sistem Wajib Lapor Ketenagakerjaan. Data ini bisa membantu pemerintah dan lembaga pendidikan vokasi untuk mengetahui kebutuhan tenaga kerja yang sesuai. Aryadi mengungkapkan, setiap tahun angkatan kerja baru di NTB bertambah sekitar 160.000 hingga 200.000 orang, dan ini membutuhkan lowongan pekerjaan.
“Oleh karena itu, kita harus menyiapkan mereka agar bisa mengisi peluang kerja, baik di dalam maupun luar negeri. Lulusan SMKN 3 Selong, misalnya, bisa direkrut oleh Astra Motor International di Jakarta. Ini adalah peluang besar, tidak hanya di dalam daerah, tetapi juga di luar daerah,” ujar Aryadi.
Aryadi juga mengajak para pencari kerja untuk tidak mudah tergiur oleh calo atau tekong dalam mencari kesempatan kerja, terutama untuk penempatan tenaga kerja ke luar negeri. Ia mengingatkan bahwa pemerintah telah mengatur proses penempatan pekerja migran dengan ketat melalui pejabat resmi pengantar kerja Disnaker dan perusahaan penempatan yang sah.
“Menggunakan calo hanya akan menambah biaya dan memperbesar risiko penipuan,” ujarnya.
Selain berfokus pada penyerapan tenaga kerja lokal, Aryadi juga menjelaskan bahwa pemerintah telah mendorong perusahaan untuk melakukan pelatihan dan pemagangan bagi calon tenaga kerja. Program Pemagangan Mandiri yang didukung oleh perusahaan merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan tenaga kerja yang kompeten sebelum direkrut sebagai karyawan tetap.
“Perusahaan bisa memberikan kesempatan magang selama tiga bulan dengan uang saku, dan jika peserta magang menunjukkan kemampuan yang baik, mereka bisa direkrut sebagai tenaga kerja profesional,” jelasnya.
Menurut Aryadi, pemagangan ini merupakan wahana paling cepat dan efektif untuk bisa menghasilkan tenaga kerja yang kompeten sesuai jabatan yang dibutuhkan perusahaan, dan perusahaan harus berkomitmen untuk menyerap para alumni pemagangan untuk mengisi jabatan-jabatan yang ada di perusahaan tersebut.
Ia menambahkan, saat ini kondisi real pemagangan di NTB sudah menyentuh semua sektor. Tidak hanya di sektor pariwisata, perhotelan, ritel modern, dan teknik, tetapi juga telah menyentuh sektor pertambangan yang ada di Pulau Sumbawa.
Aryadi berharap agar Job Fair ini tidak hanya menjadi ajang perekrutan, tetapi juga menjadi momentum bagi perusahaan dan lembaga pendidikan vokasi untuk terus berkolaborasi dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja di NTB.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lombok Timur, Muhammad Hairi, S.Ip, M.Si., dalam sambutannya menyebut daerahnya memiliki jumlah pengangguran tertinggi di NTB. Ia berharap job fair ini menjadi solusi.
Hairi juga mengingatkan para pencari kerja untuk mempersiapkan segala persyaratan yang dibutuhkan oleh perusahaan dan memanfaatkan loket pembuatan Kartu Siap Kerja yang telah disediakan. Ia mengapresiasi peran SMKN 3 Selong yang telah berkolaborasi dengan Disnaker untuk menyediakan wadah bagi pencari kerja.
Sementara itu, Kepala SMKN 3 Selong, Ruslan, S.T., M.Pd., melaporkan bahwa Job Fair ini merupakan bagian dari program SMK Pusat Keunggulan yang bertujuan untuk menjembatani para lulusan dan pencari kerja dengan dunia industri.
Slogan SMK yaitu Bekerja, Melanjutkan, dan Wirausaha, menjadi tolak ukur keberhasilan sekolah. “Jika alumninya bisa terserap di dunia kerja atau menjadi wirausaha, maka SMK tersebut dianggap berhasil,” jelasnya.
Terakhir, Kepala Bidang SMK Dinas Dikbud Provinsi NTB, Ahmad Muslim, S.Pd., M.M.Inov., yang turut hadir dalam acara tersebut, menyampaikan kebijakan prioritas Dinas Pendidikan terkait revitalisasi SMK di NTB. Muslim menjelaskan bahwa revitalisasi ini bertujuan untuk menyesuaikan jurusan-jurusan yang ada di SMK dengan kebutuhan dunia kerja.
“Kebijakan baru mengarahkan SMK untuk fokus pada jurusan yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya SMK dalam menghasilkan produk yang dapat dijual melalui program SMK BRUD (Bursa Rumah Usaha Dagang). Menurut Muslim, program ini tidak hanya menekankan pada kualitas pendidikan, tetapi juga memastikan lulusan SMK mampu bersaing di dunia industri.
“Dengan program revitalisasi ini, kita harapkan lulusan SMK di NTB, termasuk dari SMKN 3 Selong, mampu bersaing di dunia kerja, dan Job Fair ini menjadi salah satu langkah konkret untuk mewujudkan hal tersebut,” tutupnya.